Home » » Manajemen Redaksional Media Online

Manajemen Redaksional Media Online

Manajemen yang diterapkan dalam kegiatan redaksional berkaitan dengan tuntutan untuk merumuskan setiap langkah kerja dalam hubungannya dengan keseluruhan sistem media (Djuroto, 2002). Pada masa kini, manajemen mau tidak mau menjadi kata kunci keberhasilan suatu media dalam mengelola dan mempertahankan eksistensinya.
Bidang-bidang atau bagian media dan sumberdaya media perlu diatur dan diberdayakan kemampuan dan fungsinya agar mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Setiap unsur-unsur dapat dijadikan parameter dalam pengawasan mutu terpadu (total quality control) karena kejelasan proses dan output yang dihasilkan (Fink, 1996) .
Persaingan antar media baik yang sejenis maupun berbeda berlangsung melalui produk media dan produk informasi. Persepsi khalayak terhadap media terlihat dari informasi yang ditampilkannya. Khalayak memiliki citra (image) terhadap produk media, an ini terbentuk melalui “rasa” terhadap prduk informasi tersebut (Siregar, 2000).
Seluruh upaya manajemen media pada dasarnya adalah memproduksi informasi untuk kemudian secara fisik memproduksi media dan mendistribusikannya. Dengan demikian bagian redaksi sebagai bagian dalam manajemen media memiliki posisi yang sangat penting dalam dinamika penerbitan. Meskipun demikian, dalam manajemen sebuah media, tidak ada unsur yang lebih unggul, meskipun redaksi memegang peranan penting. Baik SDM, bagian produksi, maupun bagian marketing juga punya peranan yang sama dalam pengelolaan media.
Tuntutan pada pekerjaan jurnalistik pada saat ini tidak semata-mata hanya mengembangkan teknik jurnalisme pada tingkat bagaimana untuk memformat realitas menjadi informasi tapi lebih jauh lagi adalah mengemas dan menampilkan output informasi tersebut dalam keseluruhan manajemen media massa. Kebijakan redaksional menjadi dasar bagi kegiatan yang berkaitan dengan produk, oleh karena itu kompleksitasnya semakin bertambah. Setiap pengelola media perlu merumuskan editorial mixed stretegy dan formula sebelum memproduksi suatu media (Siregar, 2000). Dengan rumusan ini maka strategi marketing global media dapat dikembangkan.
Fink dalam bukunya Strategic Newspaper Management (1996: 196-216) merumuskan strategi manajemen tersebut dalam ruang lingkup manajemen redaksional yang meliputi kegiatan research in the newsroom, planning in the newsroom, how to manage the newsroom’s resource, dan evaluating–controlling in the newsroom.
Pendapat yang dikemukakan Fink secara umum adalah konsepsi yang digunakan untuk memahami manajemen redaksional dalam media massa cetak. Fink secara terperinci dan detail menyebutkan berbagai elemen dalam sebuah media yang perlu diperhatikan pengelola media yang berkaitan dengan kebijakan redaksional. Meskipun demikian, pendapat tersebut tidak sepenuhnya bisa diterapkan dalam media online.
Media online adalah media yang berbasiskan teknologi komunikasi interaktif dalam hal ini jaringan komputer, dan oleh karenanya ia memiliki ciri khas yang tidak dimiliki media konvensional lainnya, salah satunya adalah pemanfaatan Internet sebagi wahana di mana media tersebut ditampilkan, sekaligus sarana produksi dan penyebaran informasinya. Oleh karena itu, peranan teknologi komunikasi dalam hal ini internet, sangatlah besar dalam mendukung setiap proses penyelenggaraan media online. Besarnya pengaruh teknologi Internet dalam penyelenggaraan media online ditunjukkan lewat pengeksplorasian setiap karakter yang dimiliki internet yang kemudian diadopsi oleh media online.
Adanya unsur baru, yakni internet berimplikasi pada beberapa perubahan ruang lingkup manajemen redaksional seperti yang dikemukakan Fink di atas. Misalnya hal-hal yang berakitan dengan riset-riset dalam media online, proses jurnalistik (seperti deadline, editing, dan produksi), rubrikasi isi, desain dan visualisasi media. Tidak seperti media massa konvensional sebelumnya yang memilki bentuk fisik media, media online terdiri atas halaman-halaman web di dalamnya. Sehingga kalau media cetak distribusi produknya dilakukan dengan penjualan produk cetak medianya, maka media online distribusinya lebih kepada distribusi informasi dengan cara akses terhadap situs media online yang bersangkutan lewat jaringan internet. Konsumen media online tidak memebeli media tersebut, namun membayar biaya akses ke penyedia jasa internet (ISP) atau biaya sewa internet.
Oleh karena itu, usaha memahami khalayak melalui riset-riset dalam ruang  berita, seperti masukan dan tanggapan dari pembaca serta kuisoner masih bisa dilakukan, sedangkan feedback dari sirkulasi seperti yang dikemukakan Fink tidak mungkin dilakukan. Ada beberapa penyesuaian yang terjadi, misalnya masukan dan tanggapan lebih sering dilakukan secara online yakni lewat fasilitas e-mail yang dikirimkan ke redaksi media, misalnya tanggapan atas berita yang dimuat langsung ataupun melalui online survey atau kuis. Jadi, setiap aktivitas yang dilakukan pembaca dalam hubungannnya  dengan media online dilakukan secara online juga.
Demikian halnya dalam pencarian dan penulisan informasi, media online memiliki pemaknaan yang berbeda dalam hal deadline, editing dan produksi informasi/berita. Penayangan (upload) informasi dapat langsung dilakukan pada saat itu juga tanpa harus menunggu produksi media seperti di media cetak. Kecepatan penyampaian informasi lebih diutamakan karena inilah yang menjadi salah satu keunggulan media online. Selain itu desain dan visualisasi media online bisa berubah setiap saat tergantung pada perubahan isi yang bisa berubah-ubah karena selalu di update.Dan oleh karenanya ciri khas kapasitas informasinya hampir tak terbatas, maka media online bisa menyediakan bank data, arsip, referensi, dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan berita, maka ada fasilitas-fasiulitas yang harus dimunculkan di media online seperti misalnya mesin pencari (search engine).
Karena adanya unsur baru yang sangat berperan yakni teknologi komunikasi dan informasi, maka kemungkinan dibutuhkannya sebuah divisi khusus  yang akan mengelola teknologi yang digunakan media online sangat besar. Dengan adanya divisi baru ini maka akan berpengaruh pada struktur dan proses kerja media secara keseluruhan. Pengelolaan sumber daya ini kemudian menjadi sangat penting dalam media online.
Meskipun demikian secara umum kerangka manajemen redaksional yang dikemukakan Fink (1996) bisa tetap digunakan untuk melihat manajemen redaskional media online, karena apa yang dijabarkannya telah mencakup semua aspek umum yang  termasuk dalam ruang lingkup manajemen redaksional. Selanjutnya pengaplikasian kerangka manajemen redaksional pada media online pada beberapa hal akan terjadi penyesuaian seperti yang telah disebutkan diatas.
Dalam konteks Indonesia, meskipun suratkabar, radio sudah ada sejak sebelum Republik Indonesia lahir, dan televisi sudah beroperasi pada tahun 1960-an, namun jurnalisme cetak, radio dan televisi sesungguhnya tidak berkembang dengan baik di Indonesia. Ini karena kedua jenis media tersebut sangat ketat dikontrol oleh pemerintah. Baru setelah Orde Baru tumbang,  jurnalisme cetak, radio, dan televisi berkembang pesat, bersamaan pula dengan jurnalisme online yang dipraktikkan oleh Detik, Astaga, Satunet, dll. Bedanya, bila operasionalisasi jurnalisme pada pers cetak, radio, dan televisi, para pengelolanya bisa dengan mudah belajar dari pengalaman serupa di negara lain, maka untuk jurnalisme online, para pengelola dan jurnalis situs berita harus mencari model-model kerja sendiri (Supriyanto dan Yusuf, 2007: 105).
Para pengelola media cetak, radio atau televisi tidak tahu persis berapa pembaca, pendengar atau pemirsa yang mengikuti berita yang dipublikasikan. Mereka hanya menggunakan jumlah oplah sebagai patokan, atau survei pendengar dan pemirsa. Ini berbeda dengan dengan situs berita, sebab semua proses yang terjadi di internet terdata dengan rapi, sehingga berapa orang yang mengklik atau membaca satu halaman berita bisa dihitung jumlahnya setiap saat. Pada titik inilah redaktur bisa mengetahui secara pasti berita macam apa yang sedang dibutuhkan pembaca. Oleh karena itu dalam beberapa isu, situs berita sering membuat berita yang jauh berbeda dengan apa yang muncul di cetak, radio dan koran. Dari perilaku pembaca, para redaktur/penulis juga mengetahui, kalau ada peristiwa besar yang menyedot perhatian, maka pembaca akan mengejar terus perkembangan peristiwa tersebut dan cenderung mengabaikan peristiwa lain. Akibatnya sering terjadi dalam satu hari berita dalam situs berita hanya didominasi oleh satu atau dua isu tertentu.
Untuk mewartakan peristiwa yang sedang berlangsung, jurnalis situs berita dituntut memiliki kemampuan memilih sudut pandang berita secara cepat. Pemahaman teori dasar jurnalistik (unsur dan nilai berita) belum cukup, karena jurnalis harus juga memiliki kepekaan atas arah peristiwa dan pemberitaan. Masalah kedua adalah bagaimana bisa melaporkan berita secara cepat ke koordinator liputan/redaktur yang berada di kantor. Di sini jurnalis dituntut untuk membuat laporan yang logis, data yang akurat, serta mampu menyampaikan kutipan-kutipan yang menarik perhatian. Telepon seluler sangat mempermudah kerja jurnalis, namun perangkat tersebut tidak ada artinya tanpa diimbangai oleh kemampuan menyusun laporan cepat. Selanjutnya para redaktur di kantor harus menyaring laporan yang masuk dengan memperhatikan berbagai hal agar berita yang ditayangkan itu tetap mengacu pada prinsip-prinsip jurnaslime: akurat, objektif, fair, seimbang, dan tidak memihak.
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Klik Online - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger